How to Deal with AI Crimes, Must Use AI


How to Deal with AI Crimes, Must Use AI

artificial intelligence (AI)
artificial intelligence (AI)

HOLIDAY NEWS – The AI ​​trend is becoming a phenomenon, as is the rapid pace of GenAI adoption. 

On the other hand, the cybersecurity landscape is becoming increasingly complicated as cybercriminals also exploit AI capabilities. 

One example is the use of fictitious content (deep fake content) to carry out phishing attacks and spread disinformation. 

In line with this, the 2024 Incident Response Report by Unit 42 Palo Alto Networks also highlights that threat actors are leveraging AI to increase the speed, scale and sophistication of their attacks. 

With increasing risks from malicious use of AI and sophisticated AI-based attacks, cybersecurity practitioners are required to provide instant solutions to complex problems. 

One way that can be done to simplify this is by utilizing GenAI's ability to provide insights and recommendations as an assistant for security teams. 

Adi Rusli, Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks explained that security teams are often faced with various decisions and daily tasks. 

“By automating routine security tasks and leveraging GenAI capabilities, security analysts can focus their attention on more important matters, such as higher-level strategy development and complex threat assessments,” he said. 

“When combined with advanced machine learning, this technology can help security teams get accurate results on security issues they encounter in real time, thereby reducing the mean time to detect (MTTD) and mean time to respond(MTTR)," he continued. 

In addition, cybersecurity often uses a variety of complex technical terms and detailed analyzes that may be difficult for leaders who do not have technical skills to understand. 

Therefore, AI assistants also play an important role in translating complex technical information into language that is easily understood by all levels of stakeholders. 

In this way, AI can bridge the communication gap between technical security teams and executive leadership. 

An AI assistant called Copilot also plays a role in minimizing skills gaps by providing real-time AI-based assistance so that even less experienced team members can still respond to cybersecurity threats effectively. 

For example, Palo Alto Networks' Copilot capability leverages advanced machine learning and contextual intelligence capabilities, based on rich and diverse cybersecurity data sets, to guide security teams in performing complex tasks by providingdetailed recommendations and insights with steps. 

In this way, Copilot's capabilities empower security teams and decision makers to make informed choices that can strengthen cybersecurity posture and align it with overall business strategy. 

The integration of AI into cybersecurity practices is expected to become increasingly widespread and personalized as organizations seek to improve their defenses against evolving threats. 

By staying ahead of evolving threats, leveraging AI for proactive defense, and continually evolving security strategies, organizations can navigate the AI ​​landscape and protect their digital assets effectively. 

Cara Hadapi Kejahatan AI, Harus Gunakan AI

HOLIDAY NEWS – Tren AI tengah menjadi fenomena, begitu pula dengan pesatnya kecepatan adopsi GenAI.

Di sisi lain, lanskap keamanan siber menjadi semakin rumit ketika para penjahat siber juga mengeksploitasi kemampuan AI.

Salah satu contohnya adalah penggunaan konten fiktif (deep fake content) untuk melakukan serangan phishing dan penyebaran disinformasi.

Sejalan dengan hal ini, Incident Response Report 2024 oleh Unit 42 Palo Alto Networks juga menyoroti bahwa para pelaku ancaman memanfaatkan AI untuk meningkatkan kecepatan, skala, dan kecanggihan pada serangan mereka.

Dengan meningkatnya risiko dari penggunaan AI yang merugikan dan serangan berbasis AI yang canggih, para pelaku keamanan siber dituntut untuk memberikan solusi instan untuk masalah yang kompleks.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan hal ini adalah dengan memanfaatkan kemampuan GenAI dalam memberikan wawasan dan rekomendasi sebagai asisten bagi para tim keamanan.

Adi Rusli, Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks menjelaskan tim keamanan seringkali dihadapkan dengan berbagai keputusan dan tugas-tugas harian.

“Dengan mengotomatisasi tugas-tugas keamanan rutin dan memanfaatkan kemampuan GenAI, para analis keamanan dapat memusatkan perhatian mereka pada berbagai hal yang lebih penting, seperti pengembangan strategi yang lebih tinggi dan penilaian ancaman yang kompleks,” ujarnya.

“Jika dipadukan dengan pembelajaran mesin yang canggih, teknologi ini dapat membantu tim keamanan untuk memperoleh hasil yang akurat atas masalah keamanan yang dihadapi dengan seketika, sehingga dapat mengurangi durasi waktu rata-rata untuk mendeteksi (MTTD) dan waktu rata-rata untuk merespons (MTTR),” sambungnya.

Selain itu, keamanan siber seringkali menggunakan berbagai macam istilah teknis yang rumit serta analisis rinci yang mungkin sulit dipahami oleh para pimpinan yang tidak memiliki kemampuan teknis.

Oleh karena itu, asisten AI juga berperan penting dalam menerjemahkan informasi teknis yang rumit ke dalam bahasa yang mudah dipahami oleh seluruh jajaran pemangku kepentingan.

Dengan demikian, AI dapat menjembatani kesenjangan komunikasi antara tim keamanan teknis dan pimpinan eksekutif.

Asisten AI yang dinamakan Copilot juga berperan dalam meminimalisir kesenjangan keterampilan dengan memberikan bantuan berbasis AI secara real-time sehingga anggota tim yang kurang berpengalaman sekalipun tetap bisa merespons ancaman keamanan siber secara efektif.

Sebagai contoh, kemampuan Copilot dari Palo Alto Networks memanfaatkan pembelajaran mesin dan kemampuan kecerdasan kontekstual yang canggih, yang berbasis kumpulan data keamanan siber yang kaya dan beragam, untuk memandu tim keamanan dalam melakukan tugas-tugas kompleks dengan memberikan rekomendasi dan wawasan terperinci yang disertai langkah-langkahnya.

Dengan demikian, kemampuan Copilot mampu memberdayakan tim keamanan dan para pengambil keputusan untuk membuat pilihan-pilihan yang cermat, yang dapat memperkuat postur keamanan siber dan menyelaraskannya dengan strategi bisnis secara keseluruhan.

Integrasi AI ke dalam praktik keamanan siber diperkirakan akan menjadi semakin marak dan dipersonalisasi seiring dengan upaya organisasi untuk meningkatkan pertahanan mereka terhadap ancaman yang terus berkembang.

Dengan senantiasa menjadi yang terdepan dalam menghadapi ancaman yang berkembang, memanfaatkan AI untuk pertahanan proaktif, dan terus mengembangkan strategi keamanan, organisasi dapat menavigasi lanskap AI dan melindungi aset digital mereka secara efektif.

Post a Comment