Get to know Telegram, the Application that Got Its Founder Arrested

Get to know  Telegram, the  Application that Got Its Founder Arrested
Pavel Durov. Photo: DW (News)

HOLIDAY NEWS - The arrest of Telegram CEO Pavel Durov in France puts the app and its mysterious founder in the spotlight. Durov was detained Saturday at Paris' Bourget Airport on a warrant related to a lack of moderation in an app he created. 

Reporting from CNN, Friday (30/8/2024), French prosecutor Laure Becuau accused Telegram of being involved in a series of crimes of fraud, money laundering, drug trafficking and child sexual exploitation content. 

French prosecutors said Durov was placed under formal investigation and would not be allowed to leave France. He must remain in the country under court supervision on $5.56 million bail, and is required to report to a French police station twice a week. 

Durov's arrest comes as the app faces increasing scrutiny due to its use by terrorist groups and right-wing extremists. There is a debate about freedom of expression and who is responsible for prohibited content on the internet. 

Russian lawmaker Maria Butina, who was convicted in the US on spying charges and deported to Russia in 2019, said Durov was now a political prisoner. Although this assumption was directly denied by French President Emmanuel Macron. 
"I read false information about France after the arrest of Pavel Durov," Macron said. Meanwhile, Telegram stated that it was complying with the ongoing legal case and said Durov had nothing to hide. 

What is Telegram? 

Telegram is an encrypted messaging service launched in 2013 by Durov and his brother, Nikolai. This application is now used by more than 950 million users. Telegram has developed into an important service in many countries for messaging needs, sending files, photos, documents, and disseminating government messages. 

Because conversations on the app are encrypted, law enforcement and Telegram itself have little oversight of what users send. This privacy makes Telegram an important communication tool in countries that restrict freedom of speech, such as Russia, Iran and India. 

The app is also popular in Ukraine, and has become an important platform for sharing news about the war and warnings about air strikes. But strict privacy makes the service popular among drug traffickers, money launderers, extremists and terror groups such as ISIS. Telegram allows 200,000 users to join a group so fake news can spread quickly. Similar applications such as WhatsApp have much smaller group size limits. 

In March, Durov told the Financial Times that the app was approaching profitability after introducing advertising offers and subscription facilities two years ago. He is also considering his company conducting an initial public offering. 

In addition to its use by criminals and extremists, Telegram also faces intense scrutiny for its role in major conflicts and political events. However, Durov steadfastly refuses to abandon his commitment to encryption. 
Moscow in 2018 attempted to ban Telegram because Durov refused to open encryption to President Vladimir Putin's government. Durov chose to refuse the request and left the country of his birth. 

This site uses Google AdSense advertising intent links. AdSense creates these links automatically so that they can help creators earn income. 

Mengenal  Telegram Aplikasi yang Bikin Pendirinya Ditangkap

Mengenal Sosok Miliarder CEO Telegram Pavel Durov
Pavel Durov. Foto: DW (News)
HOLIDAY NEWS - Penangkapan CEO Telegram Pavel Durov di Prancis membuat aplikasi dan pendirinya yang misterius menjadi sorotan. Durov ditahan hari Sabtu di Bandara Bourget, Paris atas surat perintah terkait kurangnya moderasi di aplikasi yang dibuatnya.

Dilansir dari CNN, Jumat (30/8/2024), jaksa Prancis Laure Beccuau menuduh Telegram terlibat dalam serangkaian kejahatan penipuan, pencucian uang, pengedaran narkoba, dan konten eksploitasi seksual terhadap anak.

Jaksa penuntut Perancis mengatakan Durov ditempatkan dalam penyelidikan formal dan tidak akan diizinkan meninggalkan Perancis. Dia harus tetap berada di negara itu di bawah pengawasan pengadilan dengan jaminan sebesar US$ 5,56 juta, dan diwajibkan melapor ke kantor polisi Prancis dua kali seminggu.

Penangkapan Durov terjadi ketika aplikasi tersebut menghadapi pengawasan yang semakin ketat karena penggunaannya oleh kelompok teroris dan ekstrimis sayap kanan. Muncul perdebatan tentang kebebasan berpendapat dan siapa yang bertanggung jawab atas konten terlarang di internet.

Anggota parlemen Rusia Maria Butina yang dihukum di AS atas tuduhan mata-mata dan dideportasi ke Rusia pada tahun 2019 menyebut Durov kini menjadi tahanan politik. Meskipun anggapan itu dibantah langsung Presiden Prancis Emmanuel Macron.

"Saya membaca informasi palsu tentang Prancis setelah penangkapan Pavel Durov," kata Macron. Sementara itu, Telegram menyatakan pihaknya mematuhi kasus hukum yang berlangsung dan menyebut Durov tidak menyembunyikan apa pun.

Apa itu Telegram?

Telegram adalah layanan pesan terenkripsi yang diluncurkan pada tahun 2013 oleh Durov dan saudaranya, Nikolai. Aplikasi ini kini dipakai lebih dari 950 juta pengguna. Telegram berkembang menjadi layanan penting di banyak negara untuk kebutuhan perpesanan, mengirim file, foto, dokumen, dan menyebarkan pesan-pesan pemerintah.

Karena percakapan di aplikasi dienkripsi, penegak hukum dan Telegram sendiri hanya memiliki sedikit pengawasan terhadap apa yang dikirim oleh pengguna. Privasi tersebut menjadikan Telegram sebagai alat komunikasi penting di negara-negara yang membatasi kebebasan berpendapat, seperti Rusia, Iran, dan India.

Aplikasi ini juga populer di Ukraina, dan telah menjadi platform penting untuk berbagi berita tentang perang dan peringatan tentang serangan udara. Namun ketatnya privasi membuat layanan ini populer di kalangan penyelundup narkoba, pencuci uang, ekstremis, dan kelompok teror seperti ISIS.

Telegram mengizinkan 200.000 pengguna bergabung di suatu grup sehingga berita palsu dapat menyebar dengan cepat. Aplikasi serupa seperti WhatsApp punya batasan ukuran grup yang jauh lebih kecil.

Pada bulan Maret, Durov mengatakan kepada Financial Times bahwa aplikasi tersebut mendekati profitabilitas setelah memperkenalkan penawaran iklan dan fasilitas langganan dua tahun lalu. Ia juga mempertimbangkan perusahaannya melakukan penawaran umum perdana.

Selain penggunaannya oleh penjahat dan ekstremis, Telegram juga menghadapi pengawasan ketat karena perannya dalam konflik besar dan peristiwa politik. Namun, Durov bersikukuh menolak meninggalkan komitmennya terhadap enkripsi.

Moskow pada tahun 2018 berusaha melarang Telegram karena Durov menolak membuka enkripsi ke pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Durov memilih menolak permintaan tersebut dan pergi meninggalkan negara kelahirannya.

Situs ini menggunakan link niat iklan Google AdSense. AdSense membuat link ini secara otomatis sehingga dapat membantu kreator mendapatkan penghasilan.

Post a Comment

0 Comments