Duh! North Korean Hackers Break Into Indodax, Losses Reach Hundreds of Billions

Duh! North Korean Hackers Break Into Indodax, Losses Reach Hundreds of Billions
Hacker illustration (pixabay.com)

HOLIDAY NEWS - Indodax, one of the largest  cryptocurrency exchange platforms in Indonesia, experienced a serious cyber attack allegedly carried out by a hacker group affiliated with North Korea (DPRK). 

This hack caused Indodax services to be inaccessible since September 11, with losses estimated at hundreds of billions of rupiah. Oscar Darmawan, CEO of Indodax, revealed that this attack was identified with the help of an international crypto security agency. "Based on analysis, we found that this attack was affiliated with hackers from North Korea, a group that previously attacked many other global crypto exchanges," Oscar said in an official statement on Saturday (14/9/2024). 

The North Korean hacker group is known to target crypto exchange platforms with large liquidity, and this attack underscores the risk of cyber threats facing the global cryptocurrency industry. 
Indodax, which manages assets of more than IDR 11.5 trillion, is one of the latest victims of attacks allegedly related to efforts to collect funds by the North Korean regime through cyber methods. 

Oscar explained that Indodax is now collaborating with Cyber ​​Headquarters Bareskrim Polri to handle this case, as well as coordinating with Bappebti and OJK. Even so, Indodax services are still inaccessible, and investors must be patient while the security team works to close the security gaps used by hackers. 

"We realize that this is a very serious global threat. Therefore, we are coordinating with the authorities to deal with this problem quickly and effectively," added Oscar. Even though this attack caused huge losses, Oscar ensured that the balances and crypto assets of Indodax members remained safe. "We have implemented strict security measures, and no member funds were impacted by this attack," he explained. 

Hacking by North Korean-affiliated groups is nothing new. They have long been known to use cyberattacks to access digital assets as part of their regime's funding strategy. Indodax is one of the targets because of its large transaction volume and significant asset value. This incident reminds the entire crypto industry of the importance of improving cybersecurity defenses, especially against increasingly sophisticated attacks from state actors such as North Korea. 

Indodax Hackers Affiliated with North Korean Leader Kim Jong Un, Hacked Assets Worth IDR 338 Billion


 - The hacker who hacked Indonesia's largest crypto asset trading platform, Indoda, is suspected of being affiliated with the Democratic People's Republic of Korea (DPRK) or North Korea (North Korea) group. 

North Korea (Korutr) is a communist country that is still quite closed, led by President Kim Jong Un. 
The cyber attack on Indodax has been going on since September 11, 2024. 
Losses due to attacks by North Korean-affiliated hackers are estimated to have reached IDR 338 billion. 

Indodax CEO Oscar Darmawan revealed that the hackers who attacked came from North Korea.  

Oscar said the hackers came from the Democratic People's Republic of Korea (DPRK) group. 
He got this information from a cyber security firm that is currently assisting with the investigation.  
Oscar added that this DPRK hacker group has indeed attacked many other global crypto asset buying and selling platforms. 

This group, according to Oscar, often targets crypto asset platforms with large liquidity.  
Indodax is also currently still coordinating with the police to handle this hacking case.  

"We realize that this is a serious global threat. Therefore we have coordinated with Cyber ​​Headquarters Bareskrim Polri to handle this incident quickly and effectively," said Oscar, quoted by KompasTekno from Antaranews, Monday (16/9/2024).  
Oscar also guarantees that user assets, both in crypto and rupiah, remain safe. 
The total crypto assets managed by Indodax currently amount to more than IDR 11.5 trillion.  

According to Oscar, the value of these crypto assets is greater than the user's total asset balance.  

Losses are estimated at IDR 338 billion
Blockchain security firm SlowMist, as well as blockchain analytics platform LookonChain, estimated that the total losses were around 22 million US dollars (around IDR 338 billion). 
This amount came from several transactions of various types of crypto and tokens that were stolen by hackers from the Indodax crypto wallet. 

SlowMist and LookonChain also shared a detailed list of transactions stolen by hackers, for example 25.01 pieces of bitcoin which is equivalent to a value of 1,425,655.03 US dollars (around Rp. 21 billion) to 666.55 pieces of ethereum and various ethereum-based tokens worth a total of 14,633,721 dollars. US (approx. Rp. 225billion). 
However, Indodax has not revealed how much loss the company suffered due to this incident. (*)

Duh! Hacker Korea Utara Bobol Indodax, Kerugian Capai Ratusan Miliar


Ilustrasi hacker (pixabay.com)

HOLIDAY NEWS - Indodax, salah satu platform pertukaran  cryptocurrency terbesar di Indonesia, mengalami serangan siber serius yang diduga dilakukan oleh kelompok peretas yang terafiliasi dengan Korea Utara (DPRK).

Peretasan ini menyebabkan layanan Indodax tak dapat diakses sejak 11 September lalu, dengan kerugian yang diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.

Oscar Darmawan, CEO Indodax, mengungkapkan bahwa serangan ini teridentifikasi melalui bantuan agen keamanan  kripto internasional.

"Berdasarkan analisis, kami menemukan bahwa serangan ini berafiliasi dengan hacker dari Korea Utara, kelompok yang sebelumnya banyak menyerang bursa kripto global lainnya," kata Oscar dalam keterangan resmi pada Sabtu (14/9/2024).

Kelompok hacker asal Korea Utara dikenal menargetkan platform crypto exchange dengan likuiditas besar, dan serangan ini mempertegas risiko ancaman siber yang dihadapi industri cryptocurrency global.

Indodax, yang mengelola aset lebih dari Rp11,5 triliun, menjadi salah satu korban terbaru dari serangan yang diduga berhubungan dengan upaya pengumpulan dana oleh rezim Korea Utara melalui metode siber.

Oscar menjelaskan bahwa Indodax kini bekerja sama dengan Cyber Mabes Bareskrim Polri untuk menangani kasus ini, serta berkoordinasi dengan Bappebti dan OJK.

Meski begitu, layanan Indodax masih belum dapat diakses, dan para investor harus bersabar sementara tim keamanan bekerja untuk menutup celah keamanan yang digunakan oleh peretas.

"Kami menyadari bahwa ini adalah ancaman global yang sangat serius. Oleh karena itu, kami berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk menangani masalah ini dengan cepat dan efektif," tambah Oscar.

Meski serangan ini menimbulkan kerugian besar, Oscar memastikan bahwa saldo dan aset kripto para member Indodax tetap aman. "Kami telah menerapkan langkah-langkah keamanan yang ketat, dan tidak ada dana member yang terdampak oleh serangan ini," jelasnya.

Peretasan oleh kelompok yang berafiliasi dengan Korea Utara bukanlah hal baru. Mereka telah lama diketahui menggunakan serangan siber untuk mengakses aset digital sebagai bagian dari strategi pendanaan rezim mereka. Indodax menjadi salah satu target karena volume transaksi yang besar dan nilai aset yang signifikan.

Kejadian ini memperingatkan kembali seluruh industri kripto tentang pentingnya meningkatkan pertahanan keamanan siber, terutama terhadap serangan yang semakin canggih dari aktor negara seperti Korea Utara.


Peretas Indodax Terafiliasi dengan Korea Utara Pimpinan Kim Jong Un, Bobol Aset Senilai Rp338 M


Peretas Indodax Terafiliasi dengan Korea Utara Pimpinan Kim Jong Un, Bobol Aset Senilai Rp338 M

TRIBUNMURIA.COM - Hacker yang meretas platform perdagangan aset kripto yang masuk kategori besar di Indonesia, Indoda, diduga terafiliasi dengan kelompok Democratic People's Republic of Korea (DPRK) atau Korea Utara (Korut).

Korea Utara (Korutr) merupakan negara komunis yang masih cukup tertutup, yang dipimpin oleh Presiden Kim Jong Un.

Serangan siber terhadap Indodax telah berlangsung sejak tanggal 11 September 2024 kemarin.

Kerugian karena serangan hacker terafiliasi Korut ini diduga mencapai Rp338 miliar.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengungkapkan, hacker yang menyerang berasal dari Korea Utara.  

Oscar mengatakan, peretas berasal dari kelompok Democratic People's Republic of Korea (DPRK).

Informasi ini ia dapatkan dari firma keamanan siber yang saat ini tengah membantu penyelidikan.  

Oscar menambahkan, kelompok peretas DPRK ini memang banyak menyerang platform jual beli aset kripto global lainnya.

Kelompok ini, menurut Oscar, kerap mengincar platform aset kripto dengan likuiditas besar.  

Indodax juga saat ini masih berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menangani kasus peretasan ini.  

"Kami menyadari bahwa ini adalah ancaman global yang serius. Oleh karena itu kami telah berkoordinasi engan Cyber Mabes Bareskrim Polri untuk menangani insiden ini dengan cepat dan efektif," kata Oscar dikutip KompasTekno dari Antaranews, Senin (16/9/2024).  

Oscar juga menjamin aset pengguna baik dalam bentuk kripto maupun rupiah tetap aman.

Adapun total aset kripto yang dikelola Indodax saat ini berjumlah lebih dari Rp11,5 triliun.  

Nilai aset kripto tersebut menurut Oscar, lebih besar dari jumlah keseluruhan aset saldo pengguna.  

Kerugian ditaksir Rp338 miliar

Firma keamanan blockchain SlowMist, serta platform analitik blockchain LookonChain, memperkirakan bahwa total kerugiannya sekitar 22 juta dolar AS (sekitar Rp338 miliar).

Jumlah tersebut berasal dari beberapa transaksi berbagai jenis kripto dan token yang dicuri hacker dari dompet kripto Indodax.

SlowMist dan LookonChain juga membagikan rincian daftar transaksi curian hacker, misalnya bitcoin 25,01 keping yang setara senilai 1.425.655,03 dollar AS (sekitar Rp21 miliar) hingga 666,55 keping ethereum dan aneka token berbasis ethereum yang totalnya bernilai 14.633.721 dollar AS (sekitar Rp225 miliar).

Kendati demikian pihak Indodax belum mengungkap berapa kerugian yang dialami perusahaan karena insiden ini. (*)

Post a Comment

0 Comments