Elon Musk Defends Telegram CEO Pavel Durov After Arrest in France

Elon Musk Defends Telegram CEO Pavel Durov After Arrest in France

Elon Musk and Freedom of Expression on Platform
Elon Musk is known as a controversial figure in the world of technology and social media. After acquiring Twitter and converting it to X, Musk took drastic steps in reducing content moderation on the platform. 

As a “free expression absolutist,” Musk argues that moderation is often used as a tool of censorship. It quickly reduced content oversight, allowing a wide variety of content, including controversial and misleading, to thrive on the platform. 
According to Musk, the term "moderation" is often used as a "propaganda word for censorship." This approach sparked widespread debate about the boundaries between freedom of expression and social responsibility, especially in an era where misinformation can spread very quickly through the mediasocial. 

The Arrest of Pavel Durov: Impact on Telegram and Freedom of Expression

On the other hand, Pavel Durov, founder and CEO of Telegram, was arrested by French police near Paris on Saturday. This arrest was based on alleged involvement in various criminal acts, including fraud, drug trafficking, and organized crime that allegedly occurred on the Telegram platform. 

Several European countries have criticized Telegram for failing to moderate criminal content on its platform. 
Durov's arrest is a highlight, especially for those who support freedom of expression on the internet. Durov, who fled Russia to avoid government demands to hand over user data from the social media platform he founded, Vkontakte, has long defended Telegram users' freedom from government interference. 

Musk and Durov's Relationship: Freedom of Expression in the Digital Age

Both Musk and Durov have similar views on freedom of expression in the digital era, although with different approaches. Both oppose government efforts to control content on their platforms. 

Durov has repeatedly refused to limit content related to the conflicts in Ukraine and Gaza, or communications between groups considered terrorist by some Western governments. 

In an interview with CNN in February 2016, Durov stated, "We cannot create secure messaging technology for everyone except terrorists. It's a matter of security or no security at all." This message is very much in line with the views of Musk, who also opposes censorship of free expression. 

Elon Musk Reacts To Durov's Arrest

After Durov's arrest, Elon Musk reacted strongly. Through a series of posts on X, Musk criticized the move as a violation of freedom of expression. He wrote, "Liberté Liberté! Liberté?" and in another post, he called these "dangerous times."

Musk also used the hashtag #FreePavel when sharing a video of Durov praising Musk and his views on free expression in an interview with Tucker Carlson earlier this year. 
Musk also invited X users to support freedom of expression by forwarding posts on X to people they know, especially in countries where censorship is strict. 
Apart from that, Musk also shared a tweet from Chris Pavlovski, CEO of Rumble, a platform that is a rival to YouTube among the right wing. Pavlovski said in his post that France had "crossed the line" by arresting Durov. 

Elon Musk Bela CEO Telegram Pavel Durov Pasca Penangkapan di Prancis


Elon Musk dan Kebebasan Berekspresi di Platform X

Elon Musk Bela CEO Telegram Pavel Durov Pasca Penangkapan di Prancis

Elon Musk dikenal sebagai sosok yang kontroversial dalam dunia teknologi dan media sosial. Setelah mengakuisisi Twitter dan mengubahnya menjadi X, Musk mengambil langkah-langkah yang drastis dalam mengurangi moderasi konten di platform tersebut.

Sebagai "absolutis kebebasan berekspresi," Musk berpendapat bahwa moderasi sering kali digunakan sebagai alat sensor. Ia dengan cepat mengurangi pengawasan konten, yang mengakibatkan beragam jenis konten, termasuk yang bersifat kontroversial dan menyesatkan, dapat berkembang pesat di platform tersebut.

Menurut Musk, istilah "moderasi" sering kali digunakan sebagai "kata propaganda untuk sensor." Pendekatan ini memicu perdebatan luas tentang batasan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial, khususnya di era di mana informasi yang salah dapat menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial.

Penangkapan Pavel Durov: Dampak Terhadap Telegram dan Kebebasan Berekspresi

Di sisi lain, Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, ditangkap oleh polisi Prancis di dekat Paris pada hari Sabtu. Penangkapan ini didasarkan pada dugaan keterlibatan dalam berbagai tindak kriminal, termasuk penipuan, perdagangan narkoba, dan kejahatan terorganisir yang diduga terjadi di platform Telegram.

Beberapa negara Eropa telah mengkritik Telegram karena dianggap gagal dalam memoderasi konten kriminal di platformnya.

Penangkapan Durov menjadi sorotan, terutama bagi mereka yang mendukung kebebasan berekspresi di internet. Durov, yang melarikan diri dari Rusia untuk menghindari permintaan pemerintah agar menyerahkan data pengguna dari platform media sosial yang ia dirikan, Vkontakte, telah lama mempertahankan kebebasan pengguna Telegram dari intervensi pemerintah.

Hubungan Musk dan Durov: Kebebasan Berekspresi di Era Digital

Baik Musk maupun Durov memiliki pandangan yang serupa tentang kebebasan berekspresi di era digital, meskipun dengan pendekatan yang berbeda. Keduanya menentang upaya pemerintah untuk mengendalikan konten di platform mereka.

Durov telah berulang kali menolak untuk membatasi konten yang berkaitan dengan konflik di Ukraina dan Gaza, atau komunikasi antara kelompok-kelompok yang dianggap sebagai teroris oleh beberapa pemerintah Barat.

Dalam wawancara dengan CNN pada Februari 2016, Durov menyatakan, "Kami tidak dapat membuat teknologi pesan yang aman untuk semua orang kecuali teroris. Ini adalah masalah keamanan atau tidak ada keamanan sama sekali." Pesan ini sangat sejalan dengan pandangan Musk, yang juga menentang sensor terhadap kebebasan berekspresi.

Reaksi Elon Musk Terhadap Penangkapan Durov

Setelah penangkapan Durov, Elon Musk bereaksi dengan keras. Melalui serangkaian posting di X, Musk mengkritik tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi. Ia menulis, "Liberté Liberté! Liberté?" dan dalam posting lainnya, ia menyebut ini sebagai "masa-masa berbahaya."

Musk juga menggunakan hashtag #FreePavel ketika membagikan video Durov yang memuji Musk dan pandangannya tentang kebebasan berekspresi dalam sebuah wawancara dengan Tucker Carlson awal tahun ini.

Musk juga mengajak para pengguna X untuk mendukung kebebasan berekspresi dengan cara meneruskan posting di X kepada orang-orang yang mereka kenal, terutama di negara-negara yang ketat dalam hal sensor.

Selain itu, Musk juga membagikan tweet dari Chris Pavlovski, CEO Rumble, sebuah platform yang menjadi saingan YouTube di kalangan sayap kanan. Pavlovski dalam postingannya menyebut bahwa Prancis telah "melewati batas" dengan menangkap Durov.

Post a Comment

0 Comments