Advising the Open Ruler

Advising the Open Ruler
𝘖𝘭𝘦𝘩 : 𝘈𝘩𝘮𝘢𝘥 𝘚𝘺𝘢𝘩𝘳𝘪𝘯 𝘛𝘩𝘰𝘳𝘪𝘲

Q: Is it correct to advise the authorities only secretly and not openly? 

AST: Not true, it is permissible to advise the authorities openly according to the majority of ulama. Especially if the ruler commits injustice that harms many people. 

Q: What about the following hadith:

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَه ُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ

"𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 

AST: That's the original rule, advising anyone, including the authorities, in a good, polite manner and not causing disgrace. However, under certain conditions, the law may provide advice openly and openly. 

This hadith is a general rule of advice, not an absolute rule. Every thing that is general has something special, every thing that has a principal has its branches. 

Moreover, there is not just one argument, to be able to draw the correct legal conclusion on a problem, it must be compromised with other arguments. In this case, the comparative arguments include:

God willing, God willing, God willing, God willing

"𝘚𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘫𝘪𝘩𝘢𝘥 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘻𝘢𝘭𝘪𝘮." (HR. Tirmidhi)

Also other hadiths, such as:

سَيِّدُ الشُّهَدَاءَ ٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ

"𝘗𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘺𝘶𝘩𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘏𝘢𝘮𝘻𝘢𝘩 𝘏𝘢𝘮𝘻𝘢𝘩 𝘈𝘣𝘥𝘶𝘭 𝘔𝘶𝘵𝘩𝘢𝘭𝘪𝘣 𝘔𝘶𝘵𝘩𝘢𝘭𝘪𝘣 𝘔𝘶𝘵𝘩𝘢𝘭𝘪𝘣 𝘔𝘶𝘵𝘩𝘢𝘭𝘪𝘣 𝘔𝘶𝘵𝘩𝘢𝘭𝘪𝘣 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩." (HR. Thabarani)

Q: But it is said that there are several ustadz who say that it is absolutely forbidden to openly criticize the authorities. 

AST: My way of religion does not follow what he says, including only a few ustadz and not much, I am very satisfied and calm referring to the opinion of madzhab ulama. 

Q: Are there any madzhab scholars who explain whether it is permissible to advise leaders openly? 

AST : Very much. 

T: Just ask for one ustadz

AST: Among the words of Imam Nawawi (may Allah's mercy and blessings be upon him) in the following shahih Muslim sharia:

وفيه or فيهم لينكفوا عنه وهذا كله اذا أمكن ذلك فإن لم يمكن الوعظ سرا والإنكا ر فليفعله علانية لئلا يضيع أصل

"In this hadith, there is a recommendation to be polite and gentle towards leaders, as well as a recommendation to advise them quietly, including conveying the aspirations of the people so that leaders realize their mistakes. All of this is done secretly if possible. 

But if advice and criticism cannot be conveyed to them in that way, then convey it openly so that the truth is not wasted."

Q: Can you explain further, Ustadz? 

AST: Yes, come on, come and stop by the cottage, let's discuss the book together, don't just be enthusiastic when you're on social media. 

T : Inna Maqoli Indonesia Rahmatan Makkah Madinah Fi Ma'allah. Asyidi Inna kalima fimallah, naam, Inna lakalla Indonesia, ma qol Inna rahmatan kitab....... eikhhh

Menasehati Penguasa Terbuka
𝘖𝘭𝘦𝘩 : 𝘈𝘩𝘮𝘢𝘥 𝘚𝘺𝘢𝘩𝘳𝘪𝘯 𝘛𝘩𝘰𝘳𝘪𝘲 

T : Apakah benar menasehati penguasa hanya boleh secara diam-diam tidak boleh terbuka ?

AST : Tidak benar, boleh menasehati penguasa dengan cara terbuka menurut mayoritas ulama. Terutama lagi jika penguasa tersebut melakukan kedzaliman yang merugikan orang banyak.

T : Bagaimana dengan hadits berikut : 

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ

"𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯, 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢." (HR. Ahmad)

AST : Itu kaidah asal, menasehati siapapun termasuk penguasa harus dengan cara yang baik, sopan dan tidak sampai membuka aib. Namun dalam kondisi tertentu, hukum menyampaikan nasehat boleh terbuka dan terang-terangan.

Hadits tersebut adalah kaidah umum dalam menasehati, bukan kaidah mutlak. Setiap yang umum ada yang khusus, setiap yang memiliki pokok ada cabangnya.

Lagian dalil itu bukan cuma satu, untuk bisa diambil kesimpulan hukum yang benar atas sebuah permasalahan, ia harus dikompromikan dengan dalil-dalil yang lain. Dalam hal ini dalil pembandingnya di antaranya adalah : 

أفضلُ الجهادِ كلمةُ عدلٍ عند سلطان جائرٍ

"𝘚𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘫𝘪𝘩𝘢𝘥 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳, 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘻𝘢𝘭𝘪𝘮." (HR. Tirmidzi)

Juga hadits lainnya, seperti :

سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَرَجُلٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ

“𝘗𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘺𝘶𝘩𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘏𝘢𝘮𝘻𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘯 𝘈𝘣𝘥𝘶𝘭 𝘔𝘶𝘵𝘩𝘢𝘭𝘪𝘣, 𝘥𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮, 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩.” (HR. Thabarani )

T : Tapi katanya ada beberapa ustadz yang mengatakan bahwa mutlak haram hukumnya mengkritik penguasa secara terbuka.

AST : Cara beragama saya tidak mengikuti katanya, termasuk ustadz yang hanya beberapa dan tidak seberapa itu, saya sudah sangat puas dan tenang merujuk kepada pendapat ulama madzhab.

T: Adakah ulama madzhab yang menerangkan bolehnya menasehati pemimpin secara terbuka ?

AST : Sangat banyak.

T : Minta satu aja ustadz

AST : Diantaranya perkataan imam Nawawi rahimahullah dalam syarah shahih Muslim berikut ini :

وفيه الأدب مع الأمراء واللطف بهم ووعظهم سرا وتبليغهم ما يقول الناس فيهم لينكفوا عنه وهذا كله اذا أمكن ذلك فإن لم يمكن الوعظ سرا والإنكار فليفعله علانية لئلا يضيع أصل

"Dalam hadis ini, terdapat anjuran untuk bersikap sopan dan lemah lembut kepada para pemimpin, serta anjuran untuk menasehati mereka secara diam-diam, termasuk juga menyampaikan aspirasi rakyat agar para pemimpin sadar dari kesalahan. Semua ini dilakukan secara diam-diam bila memang memungkinkan. 

Tapi jika nasehat dan kritik tidak bisa disampaikan kepada mereka dengan cara itu, maka sampaikanlah dengan terang-terangan agar kebenaran tidak tersia-siakan".

T : Boleh penjelasan lanjutan ustadz ?

AST : Boleh, ayo sini mampir ke pondok, kita sama-sama bedah kitab, jangan cuma semangatnya kalau di sosmed.

T : Inna Maqoli Indonesia Rahmatan Makkah Madinah Fi Ma'allah. Asyidi Inna kalima fimallah, naam, Inna lakalla Indonesia, ma qol Inna rahmatan kitab....... eikhhhh


Post a Comment

0 Comments