Translate
The country will sink, confused about where to flee?

The country will sink, confused about where to flee?

The country will sink, confused about where to flee? 

The country will sink, the Tuvalu government has not yet recommended mass evacuation for its citizens
Tuvalu, an island country in the South Pacific which is predicted to sink due to climate change. (YouTube.com/KabarPedia)

HOLIDAY NEWS– Tuvalu, a ring-shaped island country surrounding lagoons (atolls) in the South Pacific, is predicted to be the first country to sink due to rising sea levels in the world due to climate change. 

Based on a global emissions scenario assuming that global greenhouse gas emissions continue to increase at current rates and taking into account Tuvalu's existing infrastructure, as much as 95 percent of the capital Funafuti is expected to be flooded every day by the end of the century. The city will be uninhabitable by 2050. 
Just a few years ago, Tuvalu's then foreign minister Simon Kofe, stood at a dais knee-deep in water at the northern tip of Fongafale, and delivered a passionate speech about the impact of climate change on his country and the wider world. 
“We cannot wait for speeches while sea levels around us continue to rise. We are sinking, but so is everyone else," he said at the United Nations Climate Change Conference (COP26) in Glasgow in 2022. 

Two years have passed since that speech. Tuvalu is still living on the edge, trying to survive in the face of destruction. 
Sea water regularly flows into the homes and businesses of residents on the main island of Fongafale, which is only 12 km long. 


Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe menyampaikan pidato untuk COP-26 sambil berdiri di laut di Funafuti, Tuvalu, 5 November 2021.  - (Antara/Reuters)
Tuvalu Foreign Minister Simon Kofe delivers a speech for COP-26 while standing in the sea in Funafuti, Tuvalu, November 5, 2021. - (Antara/Reuters)

The Tuvaluan government has taken proactive steps to protect the nation's sovereignty and ensure its survival into the future, regardless of what the future holds. 
In September last year, the country's constitution was amended to state that Tuvalu's statehood would remain eternal, regardless of whether its physical territory was lost or not. 

It was a move that theoretically strengthened Tuvalu's existence as a country, but gave rise to other discussions about the worst-case scenario of moving the entire country to a new location. 
But for now, the Tuvaluan government insists that relocation is not on the agenda. 

“Our government continues to insist that migration is a definite no-no. However, this is a matter of choice for our people. People have the freedom to leave if they are willing,” said Tuvalu Climate Change Minister Maina Talia. 
He explained that the government would help facilitate processes and pathways for Tuvaluans to consider their future options, while prioritizing the protection of their homes. 
“Our role as a government is to ensure that Tuvalu survives because if we move to another part of the world, one day, my children will ask, where is Tuvalu? Where do we come from? And Tuvalu has disappeared from the face of the earth," he said. 
Tuvalu currently has a partnership with Australia. With this security partnership agreement, hundreds of Tuvaluans can move abroad every year. 
The Falepili Union Agreement was agreed in November 2023 between the two respective governments to facilitate 280 long-term visas annually for Tuvaluans. This agreement provides special mobility pathways for individuals and families in Tuvalu to live, work and study in Australia. 
“For a country with a population of around 12,000 people, this is a large number,” said Paulson Panapa, Tuvalu's Minister of Foreign Affairs, Labor and Trade. 
“This is an important opportunity for many people. This is completely optional. "It's up to each person whether they want to go and live in Australia," Panapa said. 
"However, I think as a government, it is our duty to provide a pathway so that our citizens can start a new life in Australia. That doesn't mean it's not good here, but job opportunities are difficult," he explained. 
He hopes that young people studying abroad can help Tuvalu develop further in the years to come. 

Negaranya Bakal Tenggelam, Bingung Ngungsi Kemana ?

Negaranya Bakal Tenggelam, Pemerintah Tuvalu Belum Anjurkan Pengungsian Massal untuk Warganya


Tuvalu, negara pulau di Pasifik selatan yang diprediksi bakal tenggelam akibat perubahan iklim.
Tuvalu, negara pulau di Pasifik selatan yang diprediksi bakal tenggelam akibat perubahan iklim. (YouTube.com/KabarPedia)

HOLIDAY NEWS – Tuvalu, sebuah negara pulau berbentuk cincin yang mengelilingi laguna (atol) di Pasifik selatan, diprediksi menjadi negara pertama yang akan tenggelam karena naiknya permukaan laut di dunia akibat perubahan iklim.

Berdasarkan skenario emisi global dengan asumsi bahwa emisi gas rumah kaca dunia terus meningkat pada tingkat saat ini dan mempertimbangkan infrastruktur Tuvalu yang ada, sebanyak 95 persen wilayah ibu kota Funafuti diperkirakan akan terendam banjir setiap hari pada akhir abad ini. Kota itu tidak akan dapat dihuni pada tahun 2050.

Hanya beberapa tahun yang lalu, menteri luar negeri Tuvalu saat itu Simon Kofe, berdiri di mimbar yang terendam air setinggi lutut di ujung utara Fongafale, dan menyampaikan pidato penuh semangat tentang dampak perubahan iklim terhadap negaranya dan dunia yang lebih luas. 

“Kita tidak bisa menunggu pidato sementara permukaan laut di sekitar kita terus naik. Kita sedang tenggelam, tetapi semua orang juga demikian,” katanya dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP26) di Glasgow pada tahun 2022. 

Dua tahun berlalu sejak pidato itu. Tuvalu masih hidup di ujung tanduk, berusaha untuk tetap bertahan dalam menghadapi kehancuran.

Air laut secara teratur mengalir deras ke rumah-rumah dan tempat usaha penduduk di pulau utama Fongafale yang panjangnya hanya 12 km.

Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe menyampaikan pidato untuk COP-26 sambil berdiri di laut di Funafuti, Tuvalu, 5 November 2021.  - (Antara/Reuters)
Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe menyampaikan pidato untuk COP-26 sambil berdiri di laut di Funafuti, Tuvalu, 5 November 2021. - (Antara/Reuters)

Pemerintah Tuvalu telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi kedaulatan bangsa dan memastikan keberlangsungannya di masa mendatang, terlepas dari apa pun yang terjadi ke depan.

Pada bulan September tahun lalu, konstitusi negara tersebut diamendemen untuk menyatakan bahwa kenegaraan Tuvalu akan tetap abadi, terlepas dari apakah wilayah fisiknya hilang atau tidak.

Itu adalah langkah yang secara teoritis memperkuat eksistensi Tuvalu sebagai sebuah negara, tetapi memunculkan diskusi lain tentang skenario terburuk yaitu memindahkan seluruh negara ke tempat baru.

Namun untuk saat ini, pemerintah Tuvalu bersikeras bahwa relokasi tidak ada dalam agenda. 

“Pemerintah kami terus bersikeras bahwa migrasi adalah hal yang pasti tidak boleh dilakukan. Namun, ini adalah masalah pilihan bagi rakyat kami. Rakyat memiliki kebebasan untuk pergi jika mereka bersedia,” kata Menteri Perubahan Iklim Tuvalu Maina Talia.

Ia menjelaskan bahwa pemerintah akan membantu memfasilitasi proses dan jalur bagi warga Tuvalu untuk mempertimbangkan pilihan masa depan mereka, sambil memprioritaskan perlindungan rumah mereka.

“Peran kami sebagai pemerintah adalah memastikan Tuvalu tetap bertahan karena jika kami pindah ke belahan dunia lain, suatu hari nanti, anak-anak saya akan bertanya, di mana Tuvalu? Dari mana kami berasal? Dan Tuvalu telah lenyap dari muka bumi,” katanya.

Tuvalu saat ini menjalin kemitraan dengan Australia. Dengan perjanjian kemitraan keamanan tersebut, ratusan warga Tuvalu bisa pindah ke luar negeri setiap tahunnya.

Perjanjian Falepili Union disetujui pada bulan November 2023 antara kedua pemerintah masing-masing untuk memfasilitasi 280 visa jangka panjang setiap tahun bagi warga Tuvalu. Perjanjian ini memberi jalur mobilitas khusus bagi individu dan keluarga di Tuvalu untuk tinggal, bekerja, dan belajar di Australia. 

“Untuk negara dengan jumlah penduduk sekitar 12.000 orang, ini adalah angka yang besar,” kata Paulson Panapa, Menteri Luar Negeri, Tenaga Kerja, dan Perdagangan Tuvalu.

“Ini adalah kesempatan penting bagi banyak orang. Ini sepenuhnya opsional. Terserah kepada masing-masing orang apakah mereka ingin pergi dan tinggal di Australia,” kata Panapa.

"Namun, saya rasa sebagai pemerintah, sudah menjadi tugas kita untuk menyediakan jalur agar warga kita dapat memulai hidup baru di Australia. Bukan berarti di sini tidak baik, tetapi kesempatan kerja memang sulit,” jelasnya.

Ia berharap kaum muda yang menempuh pendidikan di luar negeri dapat membantu Tuvalu berkembang lebih jauh di tahun-tahun mendatang. 

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Next

نموذج الاتصال