RI Flag Tanker Running Smoothly Red Sea, America and Allies Surprised Wow?

RI Flag Tanker Running Smoothly in the Red Sea, America and Allies Surprised Wow? 
RI-flagged tanker crosses the Red Sea during widespread Houthi attacks

Riyadh - Two oil tankers, one of which has an Indonesian flag, continue to traverse the waters of the Red Sea, precisely through the Bab al-Mandab Strait, as tensions rise due to increasing Houthi attacks. The two ships returned to the Red Sea after previously diverting from that route. 

As reported by Reuters, Friday (2/2/2024), the movements of the two tankers tracked by LSEG and Kpler were monitored in mid-January, almost a week after the United States (US) and Britain launched attacks on Houthi targets in Yemen. to respondattack on the Red Sea. 
Ship tracking data quoted by Reuters shows that the two Aframax type tankers - oil tankers with a deadweight of 80,000 - 120,000 metric tons, had passed through the waters of the Bab al-Mandaab Strait on January 17 after previously diverting shipping from the Red Sea route. 

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reuters identified the two tankers as the Indonesian-flagged Gamsunoro and the Marshall Islands-flagged Free Spirit tanker. 

According to ship tracking data quoted by Reuters, the two tankers were said to be carrying heavy fuel cargoes and had previously stopped in Fujairah -- one of the world's largest fuel oil hubs -- in the United Arab Emirates. 
The movement of the two tankers across the Red Sea sparked questions. It is known that most of the ships diverted their shipping routes due to increasing tensions in the Sea of ​​Anger as increasing Houthi attacks targeted commercial ships in the strategic waterway. 
The Reuters report said it was unclear what pushed the two tankers back into the Red Sea. But some industry analysts say that ships willing to continue plying the Red Sea route may be able to benefit from the current situation. 
"It could be that some tanker owners are willing to pass through the Red Sea if the freight (costs) are right," said the head of research at Spain-based Medco Shipbrokers, Alberto Ayuso Martin. 

Read the full news on the next page. 

The owners of the cargo and final destination of the ships were not immediately known. But according to a Reuters report, both tankers have signaled Saudi Arabian ports on the Red Sea in the past week. 

Overall oil-laden tanker traffic passing through Bab al-Mandab, according to Mary Melton of analyst firm Vortexa, was recorded as 58 percent lower than the 2023 average for the January 13-17 period. 
Meanwhile Reuters has tracked that at least 22 other oil tankers have been diverted or stopped since a warning was given by the US-led Combined Maritime Forces (CMF) in early January, for ships to avoid the Bab al-Mandab Strait for several days. 

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

A total of 15 oil tankers chose to take the longer route around the Cape of Good Hope in both directions, which can take up to three weeks longer for voyages between Asia and Europe. Seven other ships, Reuters said, were still in the Gulf of Aden or in the northern part of the Red Sea. 

Riyadh -
Two oil tankers, one of which has an Indonesian flag, continue to traverse the waters of the Red Sea, precisely through the Bab al-Mandab Strait, as tensions rise due to increasing Houthi attacks. The two ships returned to the Red Sea after previously diverting from that route. 
As reported by Reuters, Friday (2/2/2024), the movements of the two tankers tracked by LSEG and Kpler were monitored in mid-January, almost a week after the United States (US) and Britain launched attacks on Houthi targets in Yemen. to respondattack on the Red Sea. 

Ship tracking data quoted by Reuters shows that the two Aframax type tankers - oil tankers with a deadweight of 80,000 - 120,000 metric tons, had passed through the waters of the Bab al-Mandaab Strait on January 17 after previously diverting shipping from the Red Sea route. 

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reuters identified the two tankers as the Indonesian-flagged Gamsunoro and the Marshall Islands-flagged Free Spirit tanker. 
According to ship tracking data quoted by Reuters, the two tankers were said to be carrying heavy fuel cargoes and had previously stopped in Fujairah -- one of the world's largest fuel oil hubs -- in the United Arab Emirates. 

The movement of the two tankers across the Red Sea sparked questions. It is known that most of the ships diverted their shipping routes due to increasing tensions in the Sea of ​​Anger as increasing Houthi attacks targeted commercial ships in the strategic waterway. 

The Reuters report said it was unclear what pushed the two tankers back into the Red Sea. But some industry analysts say that ships willing to continue plying the Red Sea route may be able to benefit from the current situation. 
"It could be that some tanker owners are willing to pass through the Red Sea if the freight (costs) are right," said the head of research at Spain-based Medco Shipbrokers, Alberto Ayuso Martin. 
Read the full news on the next page. 
The owners of the cargo and final destination of the ships were not immediately known. But according to a Reuters report, both tankers have signaled Saudi Arabian ports on the Red Sea in the past week. 
Overall oil-laden tanker traffic passing through Bab al-Mandab, according to Mary Melton of analyst firm Vortexa, was recorded as 58 percent lower than the 2023 average for the period January 13-17. 

Meanwhile Reuters has tracked that at least 22 other oil tankers have been diverted or stopped since a warning was given by the US-led Combined Maritime Forces (CMF) in early January, for ships to avoid the Bab al-Mandab Strait for several days. 
A total of 15 oil tankers chose to take the longer route around the Cape of Good Hope in both directions, which can take up to three weeks longer for voyages between Asia and Europe. Seven other ships, Reuters said, were still in the Gulf of Aden or in the northern part of the Red Sea. 


Kapal Tanker Bendera RI Berjalan Mulus di Laut Merah, Amerika dan Sekutu Kaget Waw?

Kapal Tanker Berbendera RI Lintasi Laut Merah Saat Marak Serangan Houthi
Riyadh - Dua kapal tanker minyak, yang salah satunya berbendera Indonesia, tetap melintasi perairan Laut Merah, tepatnya melewati Selat Bab al-Mandab, saat ketegangan meningkat akibat maraknya serangan Houthi. Kedua kapal itu kembali ke Laut Merah setelah sebelumnya mengalihkan pelayaran dari rute tersebut.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/2/2024), pergerakan kedua kapal tanker yang dilacak oleh LSEG dan Kpler itu terpantau pada pertengahan Januari lalu, nyaris sepekan setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan terhadap target-target Houthi di wilayah Yaman untuk merespons serangan di Laut Merah.
Data pelacakan kapal yang dikutip Reuters menunjukkan bahwa kedua kapal tanker jenis Aframax itu -- kapal tanker minyak dengan bobot mati 80.000 - 120.000 metrik ton, telah melewati perairan Selat Bab al-Mandaab pada 17 Januari lalu setelah sebelumnya mengalihkan pelayaran dari rute Laut Merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reuters mengidentifikasi kedua kapal tanker itu sebagai kapal tanker Gamsunoro yang berbendera Indonesia dan kapal tanker Free Spirit yang berbendera Kepulauan Marshall.

Menurut data pelacakan kapal yang dikutip Reuters, kedua kapal tanker itu disebut membawa muatan bahan bakar berat dan sebelumnya singgah di Fujairah -- salah satu pusat bahan bakar minyak terbesar di dunia -- di Uni Emirat Arab.
Pergerakan kedua kapal tanker itu melintasi Laut Merah memicu pertanyaan. Diketahui bahwa sebagian besar kapal mengalihkan jalur pelayaran mereka karena meningkatnya ketegangan di Laut Marah saat marak serangan Houthi menargetkan kapal-kapal komersial di perairan strategis tersebut.
Laporan Reuters menyebut tidak diketahui jelas soal apa yang mendorong kedua kapal tanker itu kembali ke Laut Merah. Namun beberapa analis industri mengatakan bahwa kapal-kapal yang bersedia untuk terus melintasi rute Laut Merah mungkin bisa mendapatkan keuntungan dari situasi terkini.
"Bisa jadi bahwa beberapa pemilik kapal tanker bersedia melewati Laut Merah jika (biaya) pengangkutannya tepat," sebut kepala penelitian pada Medco Shipbrokers yang berbasis di Spanyol, Alberto Ayuso Martin.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Pemilik kargo dan tujuan akhir dari kapal-kapal itu tidak diketahui jelas. Namun menurut laporan Reuters, kedua kapal tanker itu telah memberikan isyarat kepada pelabuhan Arab Saudi di Laut Merah dalam sepekan terakhir.

Lalu lintas kapal tanker bermuatan minyak secara keseluruhan yang melintasi Bab al-Mandab, menurut Mary Melton dari perusahaan analis Vortexa, tercatat 58 persen lebih rendah dibandingkan data-rata tahun 2023 selama periode 13-17 Januari.
Sementara Reuters telah melacak setidaknya 22 kapal tanker minyak lainnya telah dialihkan atau dihentikan sejak peringatan diberikan oleh Pasukan Maritim Gabungan (CMF) pimpinan AS pada awal Januari lalu, agar kapal-kapal menghindari Selat Bab al-Mandab selama beberapa hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 15 kapal tanker minyak memilih untuk menempuh rute lebih panjang di sekitar Tanjung Harapan dari kedua arah, yang bisa memakan waktu lebih lama hingga tiga minggu untuk pelayaran antara Asia dan Eropa. Tujuh kapal lainnya, sebut Reuters, masih berada di Teluk Aden atau di bagian utara Laut Merah.

Riyadh - Dua kapal tanker minyak, yang salah satunya berbendera Indonesia, tetap melintasi perairan Laut Merah, tepatnya melewati Selat Bab al-Mandab, saat ketegangan meningkat akibat maraknya serangan Houthi. Kedua kapal itu kembali ke Laut Merah setelah sebelumnya mengalihkan pelayaran dari rute tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/2/2024), pergerakan kedua kapal tanker yang dilacak oleh LSEG dan Kpler itu terpantau pada pertengahan Januari lalu, nyaris sepekan setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan terhadap target-target Houthi di wilayah Yaman untuk merespons serangan di Laut Merah.

Data pelacakan kapal yang dikutip Reuters menunjukkan bahwa kedua kapal tanker jenis Aframax itu -- kapal tanker minyak dengan bobot mati 80.000 - 120.000 metrik ton, telah melewati perairan Selat Bab al-Mandaab pada 17 Januari lalu setelah sebelumnya mengalihkan pelayaran dari rute Laut Merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reuters mengidentifikasi kedua kapal tanker itu sebagai kapal tanker Gamsunoro yang berbendera Indonesia dan kapal tanker Free Spirit yang berbendera Kepulauan Marshall.
Menurut data pelacakan kapal yang dikutip Reuters, kedua kapal tanker itu disebut membawa muatan bahan bakar berat dan sebelumnya singgah di Fujairah -- salah satu pusat bahan bakar minyak terbesar di dunia -- di Uni Emirat Arab.

Pergerakan kedua kapal tanker itu melintasi Laut Merah memicu pertanyaan. Diketahui bahwa sebagian besar kapal mengalihkan jalur pelayaran mereka karena meningkatnya ketegangan di Laut Marah saat marak serangan Houthi menargetkan kapal-kapal komersial di perairan strategis tersebut.

Laporan Reuters menyebut tidak diketahui jelas soal apa yang mendorong kedua kapal tanker itu kembali ke Laut Merah. Namun beberapa analis industri mengatakan bahwa kapal-kapal yang bersedia untuk terus melintasi rute Laut Merah mungkin bisa mendapatkan keuntungan dari situasi terkini.
"Bisa jadi bahwa beberapa pemilik kapal tanker bersedia melewati Laut Merah jika (biaya) pengangkutannya tepat," sebut kepala penelitian pada Medco Shipbrokers yang berbasis di Spanyol, Alberto Ayuso Martin.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Pemilik kargo dan tujuan akhir dari kapal-kapal itu tidak diketahui jelas. Namun menurut laporan Reuters, kedua kapal tanker itu telah memberikan isyarat kepada pelabuhan Arab Saudi di Laut Merah dalam sepekan terakhir.
Lalu lintas kapal tanker bermuatan minyak secara keseluruhan yang melintasi Bab al-Mandab, menurut Mary Melton dari perusahaan analis Vortexa, tercatat 58 persen lebih rendah dibandingkan data-rata tahun 2023 selama periode 13-17 Januari.

Sementara Reuters telah melacak setidaknya 22 kapal tanker minyak lainnya telah dialihkan atau dihentikan sejak peringatan diberikan oleh Pasukan Maritim Gabungan (CMF) pimpinan AS pada awal Januari lalu, agar kapal-kapal menghindari Selat Bab al-Mandab selama beberapa hari.
Sebanyak 15 kapal tanker minyak memilih untuk menempuh rute lebih panjang di sekitar Tanjung Harapan dari kedua arah, yang bisa memakan waktu lebih lama hingga tiga minggu untuk pelayaran antara Asia dan Eropa. Tujuh kapal lainnya, sebut Reuters, masih berada di Teluk Aden atau di bagian utara Laut Merah.

Post a Comment