Facts about Extreme Tibetan Funerals, Bodies Cut Up for Vultures to Eat

Facts about Extreme Tibetan Funerals, Bodies Cut Up for Vultures to Eat
Illustration of the burial traditions of the Tibetan sky people. (ancient-origins.net)

 - Cemeteries in the Tibetan sky present a striking and somewhat surprising burial tradition. Because, the dead were offered to the vultures. 

This practice, which is deeply ingrained in Tibetan culture, is also known as 'heavenly burial'. Although it may seem alarming to those unfamiliar, this ritual has significant philosophical and environmental value for Tibetan society. Here are some facts regarding the burial traditions of the Tibetan celestial people, based on Ancient Origins. 

1. Ritual and Execution

The essence of Tibetan sky burial lies in its simplicity and directness. The corpse was dissected by a Funeral Master and then left exposed on high ground, where bearded vultures, or 'Dakinis' (meaning 'sky dancers') ate it. 

This act was a practical solution to the challenge of burying the body in the harsh Tibetan terrain and was a philosophical choice, symbolizing the return of the body to nature. Preparations were carried out very carefully. Before burial, the body will be cut into several pieces and the bones crushed, making it easier for vultures to eat it. 

Site selection was also very important, as highland sites were chosen to attract vultures and because of the impracticality of digging graves in often frozen ground. 

2. Cultural Beliefs and Perspectives on Death

At the heart of this practice is the Tibetan Buddhist belief in reincarnation. The body was considered an empty vessel after death and offering it to the vultures was seen as an act of charity. Tibetans are not afraid of death, instead, they see it as a transition to a new life. 

An interesting aspect of this ritual is the belief that if the vultures reject the body, it is a bad omen, indicating the sins of the deceased or the family's failure to perform the required rituals. 
Before burial, the body is kept in the house for several days, where monks perform readings to aid the soul's departure. 

3. Traditions that have been going on for a long time

Despite its ancient roots, the origins of sky burial in Tibet are difficult to trace due to the nature of the practice, for which little archaeological evidence remains. The earliest known records in Tibet date from the 14th century, although the practice itself is believed to be much older. 

Tibetan sky burial is a practice that is initially surprising because of its direct confrontation with death, but upon closer examination it reveals a deep respect for nature and the cycle of life. This is a unique example of how cultural practices can offer different perspectives on life, death and our relationship with nature. 


Fakta-fakta Pemakaman Ekstrem Orang Tibet, Jenazah Dipotong untuk Disantap Burung Nasar
Ilustrasi tradisi pemakaman orang langit Tibet. (ancient-origins.net)

 - Pemakaman di langit Tibet menghadirkan tradisi pemakaman yang mencolok dan agak mengejutkan. Sebab, orang yang meninggal dipersembahkan kepada burung nasar.

Praktik ini, yang telah tertanam kuat dalam budaya Tibet, juga dikenal sebagai 'penguburan surgawi'. Meskipun mungkin tampak mengkhawatirkan bagi mereka yang belum terbiasa, ritual ini memiliki nilai filosofis dan lingkungan yang signifikan bagi masyarakat Tibet.
Berikut beberapa fakta terkait tradisi pemakaman orang langit Tibet, berdasar Ancient Origins.

1. Ritual dan Eksekusi

Inti dari pemakaman langit Tibet terletak pada kesederhanaan dan keterusterangannya. Mayatnya dibedah oleh Ahli Pemakaman dan kemudian dibiarkan terbuka di tempat yang tinggi, di mana burung nasar berjanggut, atau 'Dakini' (artinya 'penari langit') memakannya.

Tindakan ini merupakan solusi praktis terhadap tantangan menguburkan jenazah di medan Tibet yang keras dan merupakan pilihan filosofis, yang melambangkan kembalinya jenazah ke alam. Persiapan dilakukan dengan sangat teliti. Sebelum dimakamkan, jenazah akan dipotong menjadi beberapa bagian dan diremukkan tulangnya, sehingga memudahkan burung nasar untuk memakannya.

Pemilihan lokasi juga sangat penting, karena lokasi di dataran tinggi dipilih untuk menarik perhatian burung nasar dan karena ketidakpraktisan menggali kuburan di tanah yang sering kali membeku.

2. Keyakinan Budaya dan Perspektif tentang Kematian

Inti dari praktik ini adalah kepercayaan Buddha Tibet terhadap reinkarnasi. Tubuh dianggap sebagai wadah kosong setelah kematian dan mempersembahkannya kepada burung nasar, yang dipandang sebagai tindakan amal. Orang Tibet tidak takut mati, sebaliknya, mereka melihatnya sebagai transisi menuju kehidupan baru.

Aspek menarik dari ritual ini adalah kepercayaan bahwa jika burung nasar menolak jenazah, itu pertanda buruk, menandakan dosa orang yang meninggal atau kegagalan keluarga dalam melakukan ritual yang diwajibkan.
Sebelum penguburan, jenazah disimpan di rumah selama beberapa hari, di mana para biksu melakukan pembacaan untuk membantu kepergian jiwa.

3. Tradisi yang Sudah Berlangsung Sejak Lama

Meskipun akarnya kuno, asal muasal penguburan langit di Tibet sulit dilacak karena sifat praktiknya, yang hanya menyisakan sedikit bukti arkeologis. Catatan paling awal yang diketahui di Tibet berasal dari abad ke-14, meskipun praktiknya sendiri diyakini jauh lebih tua.

Pemakaman langit Tibet adalah praktik yang pada awalnya mengejutkan karena konfrontasi langsungnya dengan kematian, namun jika diteliti lebih dekat, praktik ini mengungkapkan rasa hormat yang mendalam terhadap alam dan siklus kehidupan.
Ini adalah contoh unik tentang bagaimana praktik budaya dapat menawarkan perspektif berbeda tentang kehidupan, kematian, dan hubungan kita dengan alam.

Post a Comment