Israeli Lawyer Loses Paper in Court, Netizen: Even Paper Can't Stand Lies

Israeli Lawyer Loses Paper in Court, Netizen: Even Paper Can't Stand Lies
There was an interesting incident when the lawyer representing Israel, Professor Malcolm Shaw KC, read his defense, he lost the paper he was reading at the International Court of Justice Session on Friday (12/1/2024).

The British lawyer appeared confused for a moment and appeared disorganized while representing Israel at the International Court of Justice in The Hague. He claimed that someone had shuffled his papers. 

British Israeli lawyer Loses Paper in Court, Netizens: Even Paper Can't Stand Lies

 - There was an interesting incident when the lawyer representing Israel, Professor Malcolm Shaw KC, read his defense, he lost the paper he was reading at the International Court of Justice on Friday (12/1/2024). 
The British lawyer appeared confused for a moment and appeared disorganized while representing Israel at the International Court in The Hague. He claimed that someone had shuffled his papers. 

The Israeli lawyer, who had been reading his defense smoothly, suddenly stopped while looking for the paper he was referring to. 

"Sorry, I lost my paper," he said, a little dark while reading the text of his defense at the International Court of Justice. 

Of course, the video footage of Lawyer Malcolm Shaw went viral on social media. Especially among Palestinian defender activists. 

"Even paper cannot stand lies" wrote the Instagram account africa4palestine. 
Many netizens also commented on the post. 

"It's all lies, so just skip that page," wrote another netizen. 
"Friends, if anyone is having a bad day, imagine you are this person, who has to defend a terrorist country. Stay grateful, friends," wrote another. 

"Are you criticizing Hamas for losing your paper?" write another one. "Hamas has kidnapped the paper," wrote another. "His cough is perfect too! He lies so much that his mouth lets the lie out," wrote another netizen. 

Losing Paper While Reading Defense Arguments

The British lawyer defending Israel at the International Court (ICJ), Professor Malcolm Shaw KC, lost papers several times in his defense arguments, thinking someone had shuffled his papers. 

The international law professor somehow managed to stand his ground when he lost ground several times in a statement seeking to refute accusations of genocide against Israel in Gaza. 
As the argument continues, Shaw turns the pages and finds that they are out of order. 

“Excuse me,” he said. “I lost a page.” Then, when the same thing happened, he stopped again. 
“Well, someone shuffled my letters,” Shaw said, rushing to rephrase his statement on the stand. What followed was a prolonged awkward silence as Israel's defense team appeared trying to direct the lawyer to his place via a copy of the statement while everyone else in the room waited. 


South Africa Reveals Israel Already Intended to Commit Genocide in Gaza

South Africa revealed Israel's horrific Genocide intentions in Gaza at the International Court of Justice, Thursday (11/1/2024). 
South Africa exposed Israel's 'monstrous genocidal intentions' at the International Court of Justice (ICJ). The case has angered Israel, whose foreign ministry called South Africa a legal arm of Hamas. 

The International Court of Justice (ICJ) on January 11 heard the first arguments of South Africa's case challenging Israel's genocidal intent against Palestinians in Gaza, filed in December. 

“There is no safe place in Gaza, and the world should be ashamed” South Africa's legal council held Israel accountable for its genocidal acts against Gaza at the International Court in The Hague, Netherlands. 
This is the first time in history that Israel has been tried under the UN Genocide Convention. 

“The intention to destroy Gaza has been fostered at the highest levels of the state,” Tembeka Ngcukaitobi, a South African High Court advocate, said in opening arguments, calling Israel's military and political leaders, including Prime Minister Benjamin Netanyahu, the instigators of genocide. “This can be seen in the way military attacks are carried out.”

He added that “the evidence of genocidal intention is not only appalling, it is overwhelming and indisputable.” “There is a remarkable feature in this case: Israeli officials declared their intention to commit genocide.”
“The evidence of genocidal intention is not only appalling, it is overwhelming and indisputable.”
Said South African legal scholar, Tembeka Ngcukaitobi. 

Adila Hassim, an advocate at South Africa's high court, pointed to the mounting and irreparable loss of life, property, dignity and humanity for the Palestinian people, and said that nothing could stop the suffering, except an order fromthis court. 

“Hundreds of multi-generational [Palestinian] families have been wiped out… these killings are the destruction of Palestinian lives. This was done on purpose, no one survived, not even newborn babies.” Said Adila Hassim when speaking at the ICJ in The Hague. 

Professor Max Du Plessis, a lawyer representing South Africa, said: “South Africa's obligations are motivated by the need to protect Palestinians in Gaza and their absolute right not to be subjected to acts of genocide,” adding that Israel has longconsiders himself beyond the reach of and above the law.”

"So let me be clear, South Africa's obligations are motivated by the need to protect Palestinians in Gaza and their absolute right not to be subjected to acts of genocide" said Max Du Plessis SC. 

Pretoria concluded its arguments in court by requesting emergency measures to end the war that has killed more than 23,350 Palestinians and injured more than 59,400. 

Israel will begin presenting its defense on Friday, January 12. 
South Africa's filing of the lawsuit against Israel at the ICJ is highly symbolic as the country has been a strong supporter of Palestinian rights since the fall of the apartheid system in the country in 1990. 

Nelson Mandela's African National Congress (ANC) party – originally a liberation movement that now rules South Africa – forged close ties with Yasser Arafat's Palestine Liberation Organization (PLO) in the 1960s and beyond. 
(Source: Instagram, mediaite, The Cradle)


Pengacara Israel Kehilangan Kertas di Sidang, Netizen: Bahkan Kertas Pun Tak Tahan dengan Kebohongan
Ada insiden menarik pada saat Pengacara yang mewakili Israel, Profesor Malcolm Shaw KC membacakan pembelaannya, dia kehilangan kertas yang dibacakannya di Sidang Mahkamah Internasional pada Jumat (12/1/2024). Pengacara asal Inggris itu tampak bingung beberapa saat dan tampak tidak terorganisir saat mewakili Israel di Mahkamah Internasional di Den Haag. Dia mengklaim bahwa seseorang telah mengacak kertas-kertasnya. 

Pengacara Israel asal Inggris Kehilangan Kertas di Sidang, Netizen: Bahkan Kertas Pun Tak Tahan dengan Kebohongan

- Ada insiden menarik pada saat Pengacara yang mewakili Israel, Profesor Malcolm Shaw KC membacakan pembelaannya, dia kehilangan kertas yang dibacakannya di Sidang Mahkamah Internasional pada Jumat (12/1/2024).

Pengacara asal Inggris itu tampak bingung beberapa saat dan tampak tidak terorganisir dengan baik saat mewakili Israel di Mahkamah Internasional di Den Haag. Dia mengklaim bahwa seseorang telah mengacak kertas-kertasnya. Pengacara Israel yang tadinya lancar membacakan pembelaannya, pun tiba-tiba terhenti sambil mencari-cari di mana kertas yang dia maksud.

"Sorry, Saya kehilangan kertas" katanya sambil sedikit gelapan saat membacakan naskah pembelaannya di sidang Mahkamah Internasional.
Tentu saja, cuplikan video Pengacara Malcolm Shaw itu viral di media sosial. Terutama di kalangan aktivis pembela Palestina.

"Bahkan kertas pun tidak tahan dengan kebohongan" tulis akun Instagram africa4palestine.
Postingan itu pun dikomentari benyak netizen. 

"Itu semua bohong, jadi lewati saja halaman itu" tulis netizen lainnya. "Teman-teman, jika ada yang mengalami hari buruk, bayangkan Anda adalah orang ini, yang harus membela negara teroris. Tetaplah bersyukur, kawan" tulis yang lainnya lagi.

"Apakah Anda mengecam Hamas karena kehilangan kertas Anda?" tulis yang lainnya lagi.
"Hamas telah menculik kertas itu" tulis yang lainnya.
"Batuknya juga pas! Dia berbohong sedemikian rupa sehingga mulutnya pun membiarkan kebohongan itu keluar" tulis netizen lainnya lagi.

Kehilangan Kertas Saat Bacakan Argumen Pembelaan

Pengacara Inggris yang membela Israel di Mahkamah Internasional (ICJ), Profesor Malcolm Shaw KC, beberapa kali kehilangan kertas dalam argumen pembelaannya, menurutnya seseorang telah mengacak kertas-kertasnya.

Profesor hukum internasional itu entah bagaimana berhasil mempertahankan pendapatnya ketika ia beberapa kali kehilangan posisinya dalam sebuah pernyataan yang berusaha membantah tuduhan genosida terhadap Israel di Gaza.
Saat argumennya berlanjut, Shaw membalik halamannya dan menemukan bahwa halamannya tidak berurutan.

“Permisi,” katanya. “Saya kehilangan satu halaman.”
Kemudian, ketika hal yang sama terjadi, dia berhenti lagi.
“Yah, seseorang telah mengacak surat-surat saya,” kata Shaw, sambil bergegas menyusun kembali pernyataannya di mimbar.

Yang terjadi selanjutnya adalah keheningan canggung yang berkepanjangan ketika tim pembela Israel terlihat berusaha mengarahkan pengacara tersebut ke tempatnya melalui salinan pernyataan sementara orang lain di ruangan itu menunggu.


Afrika Selatan Mengungkap Israel Sudah Berniat Melakukan Genosida di Gaza

Afrika Selatan mengungkapkan niat Genosida yang mengerikan Israel di Gaza dalam sidang Mahkamah Internasional, Kamis (11/1/2024).
Afrika Selatan mengungkap 'niat genosida mengerikan' Israel di International Court of Justice (ICJ). Kasus ini telah membuat marah Israel, yang kementerian luar negerinya menyebut Afrika Selatan sebagai tangan hukum Hamas.

Mahkamah Internasional (ICJ) pada tanggal 11 Januari mendengarkan argumen pertama kasus Afrika Selatan yang menentang niat genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza, yang diajukan pada bulan Desember.

“Tidak ada tempat aman di Gaza, dan dunia seharusnya malu”
Dewan hukum Afrika Selatan meminta pertanggungjawaban Israel atas tindakan genosida mereka terhadap Gaza di Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Israel diadili berdasarkan Konvensi Genosida PBB.
“Niat untuk menghancurkan Gaza telah dipupuk di tingkat tertinggi negara,” kata Tembeka Ngcukaitobi, advokat Pengadilan Tinggi Afrika Selatan, dalam argumen pembukaan, sambil menyebut para pemimpin militer dan politik Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sebagai penghasut genosida. “Hal ini terlihat dari cara serangan militer dilakukan.”

Dia menambahkan bahwa "bukti niat genosida tidak hanya mengerikan, tapi juga sangat banyak dan tidak dapat dibantah.”
“Ada ciri luar biasa dalam kasus ini: pejabat Israel menyatakan niat mereka melakukan genosida".

"Bukti adanya niat genosida tidak hanya mengerikan, namun juga sangat banyak dan tidak dapat dibantah.” Kata Sarjana hukum Afrika Selatan, Tembeka Ngcukaitobi.

Adila Hassim, seorang advokat di pengadilan tinggi Afrika Selatan, menunjuk pada kehilangan nyawa, harta benda, martabat, dan kemanusiaan yang semakin meningkat dan tidak dapat diperbaiki bagi rakyat Palestina, dan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menghentikan penderitaan, kecuali perintah dari pengadilan ini.

“Ratusan keluarga multi generasi [Palestina] telah musnah… pembunuhan ini merupakan kehancuran kehidupan warga Palestina. Hal ini dilakukan dengan sengaja, tidak ada seorang pun yang selamat, bahkan bayi yang baru lahir pun tidak” Kata Adila Hassim saat berbicara di ICJ di Den Haag.

Profesor Max Du Plessis, seorang pengacara yang mewakili Afrika Selatan, mengatakan: “Kewajiban Afrika Selatan dimotivasi oleh kebutuhan untuk melindungi warga Palestina di Gaza dan hak mutlak mereka untuk tidak menjadi sasaran tindakan genosida,” seraya menambahkan bahwa Israel telah lama menganggap dirinya berada di luar jangkauan dan di atas hukum.”

"Jadi biar saya perjelas, kewajiban Afrika Selatan dimotivasi oleh kebutuhan untuk melindungi warga Palestina di Gaza dan hak absolut mereka untuk tidak menjadi sasaran tindakan genosida" kata Max Du Plessis SC.

Pretoria menyelesaikan argumennya di pengadilan dengan meminta tindakan darurat untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan lebih dari 23.350 warga Palestina dan melukai lebih dari 59.400 orang.
Israel akan mulai memberikan pembelaannya pada hari Jumat, 12 Januari.

Pengajuan gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ sangat simbolis karena negara tersebut telah menjadi pendukung kuat hak-hak Palestina sejak jatuhnya sistem apartheid di negara tersebut pada tahun 1990.

Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) pimpinan Nelson Mandela – awalnya merupakan gerakan pembebasan yang kini menguasai Afrika Selatan – menjalin hubungan dekat dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pimpinan Yasser Arafat pada tahun 1960an dan seterusnya.
(Sumber: Instagram, mediaite, The Cradle)

Post a Comment

0 Comments