Turkmenistan Has Difficulty Closing the 'Gates of Hell' That Have Been Gaping for 52 Years

Turkmenistan Has Difficulty Closing the 'Gates of Hell' That Have Been Gaping for 52 Years

The Darvaza Crater, also known as the 'Gates of Hell' in Turkmenistan, is still gaping 52 years old. (AP/Alexander Vershinin)

 -- Turkmenistan is still having difficulty closing the 'Gates of Hell', after it burned down due to an industrial excavation accident 52 years ago. 

The 'Hell's Gate' is a 230-foot-wide and 100-foot-deep hole in the Karakum Desert, north-central Turkmenistan. Hell's Gate is officially known as the Darvaza Crater. Turkmenistan President Gurbanguly Berdymukhamedov said in early 2022 that his country would renew efforts to extinguish the fire in the crater. 
He has asked state officials to find a solution to extinguish the fire at Hell's Gate. 

"We are losing valuable natural resources from which we could gain significant profits and use them to improve the welfare of our people," he said, as quoted by Gizmodo, January 9, 2022. 

In May 2023, the United States is negotiating with the government of Turkmenistan to help close the hole in the Darvaza Crater permanently. 
However, extinguishing the fire in this crater is not an easy task. Imperial College London fire scientist Guillermo Rein warned of the risk of explosions looming over the effort. 

Origin

The Darvaza Crater sits atop the Amu-Darya Basin, a geological formation that contains an unprecedented amount of oil and natural gas. 

Most of the gas contained in the area is methane. A lot of methane eventually escapes through the earth's crust. If it catches fire, it will burn until the fuel, heat source, or oxygen-rich air is completely gone. 

Quoting National Geographic, methane in this area is usually utilized by the oil industry. 
The Darvaza Crater is also said to have occurred as a result of a Cold War era industrial accident. 
No one knows the true story of how Hell's Gate came to be. However, many people believe that this crater was the result of Soviet drilling between the 1960s and 1980s. 

Allegedly, the ground beneath the drilling rig split and would release a vortex of methane. Engineers are said to have lit the methane gas, hoping it would burn quickly. "Someone might throw a cigarette and accidentally start a fire. That, however, causes the pile of wood to emit a variety of dangerous pollutants," writes National Geographic. 

The Darvaza 'Gates of Hell' in Turkmenistan are now a tourist attraction. (AP/Alexander Vershinin)

The Gates of Hell, which have been raging for decades, have no doubt made a number of people curious and interested in visiting them. 
This incredibly hot area has finally turned into the number one tourist attraction in Turkmenistan. 

Closing the Gates of Hell

Patching the gates of hell itself requires two things, namely extinguishing the fire and stopping the gas from seeping out of the earth. 
The first step may be possible. But secondly, it is difficult to achieve it. 
If the crater hole is closed, methane will simply find another route to escape from the surface. This will only add to another source of methane leaking in Turkmenistan. 
The only way to close the Gates of Hell is to close the leak at the source of the methane. 

"I'm not sure anyone has a good idea about how to do this," said National Geographic Explorer George Kourounis. One effort that can be done is to find out what is under the Darvaza Crater. This can be done by calling in oil industry experts to find subsurface gaps that are emitting gas. 

The gap can then be corked through an underground pipe. 
"With oil and gas technology, it is possible to close the pipeline if they know what it is," Rein said. 
However, Rein warned that this effort should be carried out with extra caution. Because the slightest spark or accident during drilling can trigger a deadly explosion. 

Meanwhile, oil geomechanics expert at the University of Adelaide, Mark Tingay, is not convinced that engineers can close the cracks that never go out. He believes there is no way to trace and close this gap. If industrial leaks can be repaired, geological leaks are much more dangerous because they are full of uncertainty. 


Turkmenistan Kesulitan Tutup 'Gerbang Neraka' yang Menganga 52 Tahun

Kawah Darvaza atau dikenal sebagai 'Gerbang Neraka' di Turkmenistan masih menganga 52 tahun. (AP/Alexander Vershinin)

 -- Turkmenistan hingga kini masih sulit  menutup 'Gerbang Neraka', usai terbakar akibat kecelakaan galian industri 52 tahun silam.

'Gerbang Neraka' adalah lubang selebar 230 kaki dan sedalam 100 kaki di Gurun Karakum, utara-tengah Turkmenistan. Gerbang Neraka secara resmi dikenal dengan Kawah Darvaza.
Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov pada awal 2022 lalu mengatakan negaranya akan memperbarui upaya untuk memadamkan api di kawah tersebut.
Dia telah meminta pejabat-pejabat negeri untuk menemukan solusi demi memadamkan api di Gerbang Neraka.

"Kami kehilangan sumber daya alam yang berharga di mana kami bisa mendapatkan keuntungan yang signifikan dan menggunakannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kami," kata dia, seperti dikutip Gizmodo, 9 Januari 2022.

Pada Mei 2023, Amerika Serikat pun bernegosiasi dengan pemerintah Turkmenistan untuk membantu menutup lubang di Kawah Darvaza secara permanen.

Kendati demikian, memadamkan api di kawah ini bukanlah tugas yang mudah. Ilmuwan kebakaran dari Imperial College London, Guillermo Rein, memperingatkan risiko ledakan yang membayangi upaya tersebut.

Asal Usul

Kawah Darvaza terletak di atas Cekungan Amu-Darya, sebuah formasi geologis yang mengandung minyak dan gas alam yang tak terduga.

Sebagian besar gas yang terkandung di kawasan itu ialah metana.
Banyak metana yang akhirnya lolos ke luar melalui kerak bumi. Jika terbakar, ia akan terbakar sampai bahan bakar, sumber panas, atau udara kaya oksigen hilang sepenuhnya.

Mengutip National Geographic, metana di area ini biasanya dimanfaatkan oleh industri perminyakan. Kawah Darvaza pun disebut-sebut terjadi akibat kecelakaan industri era Perang Dingin.
Tidak ada yang tahu cerita asli asal muasal Gerbang Neraka ini terjadi. Namun, banyak orang percaya bahwa kawah ini akibat pengeboran Soviet antara tahun 1960-1980-an.

Diduga, tanah di bawah rig pengeboran terbelah dan akan melepaskan pusaran metana. Para insinyur pun disebut-sebut menyalakan gas metana, berharap gas itu akan cepat terbakar. "Seseorang mungkin melemparkan sebatang rokok dan secara tidak sengaja menyalakan api. Hal itu bagaimanapun memicu tumpukan kayu memancarkan berbagai polutan berbahaya," tulis National Geographic.

'Gerbang Neraka' Darvaza di Turkmenistan kini jadi objek wisata. (AP/Alexander Vershinin)

Gerbang Neraka yang telah berkobar selama puluhan tahun ini pun tak ayal membuat sejumlah orang penasaran dan tertarik untuk mengunjunginya.
Kawasan yang luar biasa panas ini akhirnya berubah menjadi objek wisata nomor satu di Turkmenistan.

Menutup Gerbang Neraka

Menambal gerbang neraka sendiri membutuhkan dua hal, yakni memadamkan api dan menghentikan gas merembes keluar dari bumi.
Langkah pertama mungkin bisa dilakukan. Namun yang kedua, sulit untuk mencapainya.
Jika lubang kawah ditutup, metana hanya akan mencari rute lain untuk keluar dari permukaan. Ini cuma akan menambah sumber metana lain yang bocor di Turkmenistan.
Satu-satunya cara untuk menutup Gerbang Neraka yakni dengan menutup kebocoran pada sumber metananya.

"Saya tidak yakin ada yang punya ide bagus tentang bagaimana melakukan hal ini," kata National Geographic Explorer George Kourounis.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu mengetahui apa yang ada di bawah Kawah Darvaza. Ini bisa dilakukan dengan memanggil para pakar industri perminyakan untuk menemukan celah bawah permukaan yang memancarkan gas.

Celah itu lalu dapat dicor melalui pipa bawah tanah.
"Dengan teknologi minyak dan gas, adalah mungkin untuk menutup saluran jika mereka tahu apa itu," ucap Rein. Namun Rein memperingatkan agar upaya itu dilakukan dengan ekstra hati-hati. Sebab percikan sedikit atau kecelakaan saat pengeboran bisa memicu ledakan mematikan.
Sementara itu, ahli geomekanik perminyakan di University of Adelaide, Mark Tingay, tidak yakin bahwa para insinyur bisa menutup retakan yang tak pernah padam itu.

Dia menilai tak ada cara untuk menelusuri dan menutup celah tersebut. Andai kata kebocoran industri bisa diperbaiki, namun kebocoran geologis jauh lebih berbahaya karena penuh ketidakpastian.

Post a Comment

0 Comments