Tak Ada Sampo dan Sabun, Ibu di Gaza Mandikan Anaknya dengan Pasir Dicampur Sedikit Air
HOLIDAY NEWS - Di sebuah tenda tempat penampungan di Khan Younis, seorang ibu memandikan anaknya dengan pasir dan sedikit air.
Dilaporkan, CBC, Samar Surai awalnya meletakkan seember air dan piring kecil di tanah.
Noor yang berusia enam tahun berdiri di dekat tenda sementara ibunya dengan lembut melepaskan ikatan rambutnya dan mempersiapkannya untuk mandi.
Sambil berjongkok di tanah, Surai mengumpulkan pasir dan menambahkan air ke dalamnya untuk membuat pasta.
Noor memperhatikan ibunya saat dia mengaduk campuran dengan jari-jarinya untuk mendapatkan kekentalan yang tepat.
Surai lantas mengoleskan pasta pasir ke seluruh tubuh kecil putrinya.
Noor menangis, menggeliat untuk melepaskan diri dari genggamannya.
Namun Surai mengatakan perlunya menjaga kebersihan sangatlah penting, meskipun kondisinya tidak ideal.
“Rambutnya rusak karena pasir,” katanya sambil menunjuk rambut Noor yang kusut.
“Bagaimana kami tinggal di Jalur Gaza?”
Ibu empat anak ini telah memandikan anak-anaknya dengan cara ini selama berbulan-bulan.
Warga Palestina masih kesulitan mengakses bantuan, termasuk sampo dan sabun.
“Mereka punya hak untuk mandi, mereka punya hak untuk menggunakan sabun,” kata Surai kepada videografer lepas CBC, Mohamed El Saife, dari tendanya.
"Mereka berhak menggunakan sampo."
Surai khawatir akan penyebaran penyakit kulit karena penggunaan pasir sangat kasar bagi anak-anak.
Meski berfungsi sebagai eksfolian, namun pasir terlalu abrasif, katanya.
"Kulit mereka dipenuhi jerawat di tubuh akibat pasir yang kami gunakan untuk memandikan mereka,” katanya.
"Tidak ada sabun, tidak ada sampo.... Tidak ada yang bisa kita gunakan untuk membersihkan."
Ketika perang Israel-Hamas memasuki bulan ke-10, orang tua di Gaza seperti Surai berjuang untuk memenuhi kebutuhan kebersihan dasar anak-anak mereka.
Surai dan keempat anaknya mengungsi dari Khan Younis ke Rafah, tempat mereka tinggal selama empat bulan terakhir.
Namun sejak militer Israel mengambil alih kota yang berbatasan dengan Mesir itu, Surai harus mengungsi kembali ke Khan Younis.
Rumahnya dibom dalam pertempuran tersebut, jadi dia dan keluarganya berlindung di tenda di kamp pengungsi di bagian tengah Jalur Gaza.
Meskipun bantuan telah tiba, tetapi sebagian besar bantuan tersebut menumpuk di perbatasan Israel-Gaza.
Organisasi-organisasi bantuan menyebutkan operasi militer Israel yang sedang berlangsung, kekurangan bahan bakar yang parah, dan penjarahan, menjadi alasan menumpuknya bantuan tersebut.
Para pejabat PBB menyebut Israel memblokir akses terhadap bantuan, dan mengatakan bahwa wilayah tersebut menghadapi kelaparan.
"Orang-orang putus asa"
Di jalan utama dekat tenda Surai di Khan Younis, Muhammad Barbakh menjalankan toko kosmetik.
Tokonya berdiri dengan bantuan balok kayu, balok kayu dan terpal.
Permintaan sabun dan sampo tinggi, katanya, dan dia mengalami kesulitan untuk memenuhinya.
“Bahkan sabun buatan Gaza pun tidak tersedia,” katanya.
“Warga sudah putus asa.”
Beberapa keluarga terpaksa memilih cara lain untuk mandi, seperti pergi ke pantai dan membersihkan diri di laut.
Namun bergerak di sekitar wilayah tersebut tetap berbahaya karena perang terus berlanjut.
Ada juga laporan mengenai infeksi kulit, mulai dari kudis hingga cacar air dan kutu, yang menyebar di kamp-kamp karena kondisi yang sulit dan kurangnya produk kebersihan dan air bersih.
Kamp-kamp pengungsi di seluruh Gaza penuh sesak.
Jutaan orang mencari perlindungan di sekolah-sekolah dan di tenda-tenda.
Beberapa di antaranya berada di tempat pembuangan sampah besar-besaran, yang menyebabkan kondisi yang sangat tidak higienis bagi mereka yang tinggal di dekatnya.
"Tidak ada yang bisa kita gunakan untuk membersihkan".
Sementara itu, lebih dari 38.000 warga Palestina tewas setelah Israel mendeklarasikan perang terhadap Hamas pada 7 Oktober 2023.
Perundingan gencatan senjata kembali diupayakan sejak pekan lalu.
Seorang perwakilan Amerika hadir untuk membantu memoderasi pembicaraan.
Pekan lalu, dalam postingan di X, Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa Hamas dan Israel telah menyetujui “kerangka” perjanjian gencatan senjata, meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Source:
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)