LOVE treatise

LOVE treatise


In a world with all forms and pretense, I found you with the burning eyes of my heart, between the frail ankles looking for home, making you an antidote, from a crushed form whose pain is unmeasurable. 

Then, will you interpret as what our love? Is it as ambiguous poetry? Or just the ticking of the numbers on an old wall clock, which every second gets used to waiting to a limit we will never know. 

So don't ever make love like a kite, when you are happy to tug on feelings, fly high, then dive resignedly to be torn to the ground. 

Maybe just make love like the earth, which is always steadfast in giving, willing to become a place for all dreams to grow, and willing to accept anything in its boundless expanse. 

If you want to know how sure I love you, the answer is as much as I'm afraid of losing you. And on top of unquestioning love for your body, I don't want to cross the line of my love for my God. 


RISALAH CINTA

Di dunia dengan segala rupa dan pura-pura, aku menemukanmu dengan nyala mata hati, di antara ringkih mata kaki mencari pulang, menjadikanmu penawar, dari sebentuk remuk yang sakitnya tak tertakar.

Lalu, akan kamu maknai sebagai apa cinta kita? Apakah sebagai puisi yang ambigu? Atau sebatas detak angka pada jam dinding tua, yang tiap detiknya membiasakan diri untuk menunggu hingga batas yang tak pernah kita tahu.

Maka jangan pernah jadikan cinta serupa layang-layang, ketika dengan senang kamu menarik ulur perasaan, terbang meninggi, lantas menukik pasrah koyak di tanah.

Barangkali jadikan saja cinta itu serupa bumi, yang selalu tabah memberi, ikhlas menjadi tempat tumbuh segala mimpi, dan rela menerima apapun pada hamparannya yang tanpa tepi.

Jika kamu ingin tahu seberapa yakin aku mencintaimu, jawabnya adalah sebanyak rasa takutku akan kehilanganmu. Dan di atas rasa cinta tanpa ragu pada ragamu, aku tak ingin melewati batas cintaku pada Tuhanku.

Post a Comment