ISTRI SEPERTI INI WAJAR DITANGISI, MESKI HANYA TERTUSUK DURI

ISTRI SEPERTI INI WAJAR DITANGISI, MESKI HANYA TERTUSUK DURI

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Diceritakan bahwa syaikh Abu Ishaq pada suatu saat berkunjung ke rumah salah seorang sahabatnya. Namun Syaikh mendapatinya ia sedang menangis. Ketika ditanya sebab dia menangis, sahabatnya itu malah semakin sesenggukan tangisnya.

Kemudian ia berkata, “Wahai Syaikh, istriku sedang sakit dan saya mengurusnya sejak beberapa hari ini.”
Syaikh Abu Ishaq keheranan dengan sikap sahabatnya yang ia kenal shalih, teguh, tapi menangis hebat hanya karena istrinya sakit.

Ketika sudah mulai reda tangisannya, dia mulai berkata, “Wahai Syaikh, apakah anda heran dengan tangis ini yang hanya disebabkan oleh istri saya sakit ? Andai anda tahu tentang istri saya anda akan memaklumi dan tidak mencelaku karena tangisan ini."

Ia kemudian menceritakan keadaannya yang miskin dengan pekerjaan yang rendah, yang hampir tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi dengan kehendak Allah, dibukakan hati seseorang untuk menikahkan putrinya dengannya karena amanah, kesalehan dan ketakwaannya.

Padahal bapak perempuan itu adalah seorang yang berharta dan bisa memilih yang lebih baik darinya untuk putrinya. Akhirnya dilangsungkanlah pernikahan, dan sungguh wanita itu adalah wanita shalehah yang sangat baik. Kehidupannya adalah surga dunia dengan segala maknanya ....
Sahabat itu menuturkan : "Suatu hari bapak istriku datang dan berkata kepadaku : ''Bertakwalah kepada Allah, belikanlah istrimu roti dan sayuran dan jangan terlalu sering memberinya daging, karena ia sudah bosan makan daging."

Saya hanya menganga terheran-heran dan tidak tahu apa yang harus saya katakan. Saya sungguh tidak mengerti apa yang dibicarakannya.
Kemudian saya menemui istriku dan bertanya kepadanya. Dan sungguh saya terkejut dengan jawabannya, seakan bumi tempat kakiku berpijak bergoncang ..."

Sahabat itu melanjutkan : "Ternyata setiap istriku pergi ke rumah orang tua atau keluarganya, dan mereka menyuguhkan daging dan makanan enak, ia berkata, “Saya tidak mau, saya sudah bosan dengan makanan seperti ini di rumah.”

"Istriku juga berkata : 'Aku malah berharap bisa makan sayur mayur saja, suamiku terlalu memanjakanku dengan makanan di rumah."
Sahabat itu berkata : "Padahal kenyataannya, di rumahku, ia tidak pernah melihat daging kecuali dalam satu atau dua bulan sekali saja. Sehari-hari lebih banyak makan sayur dan bahkan kami sering kekurangan makan."

Demikianlah, Syekh ikut tercengang dengan cara istri shalehah itu mengangkat derajat suaminya di hadapan keluarganya dan menjadikannya besar di mata mereka.

Ia kuat menahan lapar, akan tetapi ia tidak kuat jika ada seorang pun mengetahui kemiskinannya lalu merendahkan suaminya.
Ia terus bersabar dengan apa yang ada, dan justru sering menasehati suaminya dengan janji Allah agar bersabar dengan ujian hidup. Padahal dia mampu untuk meminta kepada orang tuanya yang kaya raya.

Sahabat itu kemudian melanjutkan lagi pembicaraannya kepada Syaikh : "Apakah sekarang anda akan mencela tangisanku kepadanya ?"
Syekh menjawab : "Tidak, justru para suami harus menangis untuk istri yang seperti ini."
Sahabat Syekh kembali berkata : "Jika saya menceritakan semua tentang kesalehannya, tentang puasa dan shalatnya, tentang ketakwaannya dan tentang kemuliaan akhlaknya baik kepadaku atau kepada orang lain, maka mungkin saya tidak mampu menceritakannya sesuai dengan yang semestinya."

Syaikh Abu Ishaq pun kemudian menundukkan kepalanya dan turut menitikkan air mata.... 

Post a Comment

0 Comments