PBNU Kritik Politik Identitas, PA 212: Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu
Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif menyebut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kerap mengkritik terkait aksi massa yang digelar pihaknya. Slamet menyikapi kritik tersebut dengan peribahasa 'anjing menggonggong, kafilah berlalu'.
"Kan dari dulu PBNU itu kalau kita yang aksi dibilangnya politik-politik begitu. Emang 'lagu'-nya dari dulu. Padahal NU sendiri yang selama bermain politik," kata Slamet saat dihubungi, Sabtu (5/11/2022).
Slamet mengklaim aksi PA 212 digelar demi kepentingan publik. Selain itu, aksi dilakukan untuk mengkritisi dan mengingatkan pemerintah terkait kebijakan yang telah diambil.
"Setiap ada kebijakan pemerintah yang memang membahayakan negara, termasuk UU yang soal Omnibus Law, kemudian kenaikan BBM yang sekarang itu, kita pasti turun. Kita sebetulnya memang gerakan moral, untuk menjadi pengingat pemerintah, mengkritisi kebijakan pemerintah supaya tidak semena-semena," ujarnya.
Menurut Slamet, NU tak paham dengan maksud dari aksi yang digelar PA 212. Dia lalu mengatakan ada sejumlah gerakan massa yang melakukan unjuk rasa, bukan hanya PA 212.
"Ini dia yang NU nggak paham. Aksi akbar 1, 2, 3, dan 4 kemarin itu Bukan Hanya PA yang mengadakan, tetapi GNPR, gabungan dari beberapa ormas, dan itu rakyat. GNPR itu betul-betul gerakan moral, nggak cuma PA 212 saja. Jadi memahaminya saja sudah salah, bagaimana isinya," sambungnya.
Slamet juga menilai politik identitas merupakan hal wajar. Dia lalu menuding pihak yang tak melakukan politik identitas tak memiliki identitas.
"Sesungguhnya kalau orang ngomong antipolitik identitas, itu sebenarnya dia sudah nggak punya identitas. Itu biasanya berlaku untuk kita, tapi tidak untuk yang lain," tutur dia.
"Kan tidak ada di negeri ini yang tidak pakai identitas. NU sendiri ke mana mana bawanya Gus Dur. Identitas juga kan? PDIP dengan Sukarnonya. Demokrat dengan SBY-nya. Sesungguhnya sah-sah saja," imbuh Slamet.
0 Comments